Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Thursday, March 15, 2012

Pola Asuh Anak

Setiap anak terlahir sudah dibekali dengan kepercayaan dasar yang akan membuat mereka mampu hidup tangguh ke depannya. Keyakinan ini harus terpatri di setiap benak orang tua, agar setiap orang tua tidak memiliki rasa khawatir yang berlebihan pada anak-anak mereka.

Pola asuh merupakan bentuk interaksi antara orangtua dan anak. Dalam interaksi tersebut mencakup ekspresi atau pernyataan orangtua akan sikap-sikap, nilai-nilai, minat-minat yang dimilikinya. Maccoby dan Levin (1980:387).

Pola asuh otoriter :
* menetapkan standar mutlak yang harus dituruti. Kadang kala disertai dengan ancaman.
* orangtua mementingkan kepatuhan dan adanya rasa hormat dari anak.
* Anak diharuskan untuk menaati perintah orangtua dan jika melanggar, orangtua akan memberi hukuman.
Hasil dari pola asuh ini, adalah:
* Anak tidak percaya diri.
* Penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang.
* Suka melanggar norma, kepribadian lemah dan seringkali menarik diri dari lingkungan sosialnya.

Pola asuh permisif :
* Memberikan pengawasan yang sangat longgar
* Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya.
* Cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak.
* Memberikan kasih sayang berlebihan.
Hasil dari pola asuh ini , adalah :
* Karakter anak menjadi impulsif, tidak patuh, manja, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.

Dari kedua pola asuh ini, sama-sama membentuk kepribadian anak menjadi kurang matang, baik secara emosi maupun sosialnya. Dampak jangka panjangnya, maka akan terjadi kesenjangan antara usia kronologi anak dan usia kematangannya.

Pola asuh demokratis :
* Pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak tetapi tidak ragu untuk mengendalikan mereka pula.
* Pola asuh seperti ini kasih sayangnya cenderung stabil atau pola asuh bersikap rasional.
* Mereka bersikap realistis tehadap kemampuan anak dan tidak berharap berlebihan.
Hasil dari pola asuh ini, adalah :
* Anak-anak menjadi mandiri.
* Mudah bergaul, mampu menghadapi stres, berminat terhadap hal-hal baru.
* Bisa bekerja sama dengan orang lain.

disadur dari Pikiran Rakyat konsultasi psikologi asuhan Dra. Elia Daryati R., Psi. 

0 komentar:

Post a Comment