Pola asuh merupakan bentuk interaksi antara orangtua dan anak. Dalam interaksi tersebut mencakup ekspresi atau pernyataan orangtua akan sikap-sikap, nilai-nilai, minat-minat yang dimilikinya. Maccoby dan Levin (1980:387).
Pola asuh otoriter :
* menetapkan standar mutlak yang harus dituruti. Kadang kala disertai dengan ancaman.
* orangtua mementingkan kepatuhan dan adanya rasa hormat dari anak.
* Anak diharuskan untuk menaati perintah orangtua dan jika melanggar, orangtua akan memberi hukuman.
Hasil dari pola asuh ini, adalah:
* Anak tidak percaya diri.
* Penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang.
* Suka melanggar norma, kepribadian lemah dan seringkali menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Pola asuh permisif :
* Memberikan pengawasan yang sangat longgar
* Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya.
* Cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak.
* Memberikan kasih sayang berlebihan.
Hasil dari pola asuh ini , adalah :
* Karakter anak menjadi impulsif, tidak patuh, manja, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
Dari kedua pola asuh ini, sama-sama membentuk kepribadian anak menjadi kurang matang, baik secara emosi maupun sosialnya. Dampak jangka panjangnya, maka akan terjadi kesenjangan antara usia kronologi anak dan usia kematangannya.
Pola asuh demokratis :
* Pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak tetapi tidak ragu untuk mengendalikan mereka pula.
* Pola asuh seperti ini kasih sayangnya cenderung stabil atau pola asuh bersikap rasional.
* Mereka bersikap realistis tehadap kemampuan anak dan tidak berharap berlebihan.
Hasil dari pola asuh ini, adalah :
* Anak-anak menjadi mandiri.
* Mudah bergaul, mampu menghadapi stres, berminat terhadap hal-hal baru.
* Bisa bekerja sama dengan orang lain.
disadur dari Pikiran Rakyat konsultasi psikologi asuhan Dra. Elia Daryati R., Psi.
0 komentar:
Post a Comment